Dalam
akidah Islam Isa putera Maryam adalah Nabi dan Rasul Allah Ta’ala. Dia bukan
anak Tuhan dan bukan Tuhan itu sendiri. Bahkan Allah Ta’ala telah membantah di
banyak ayat-Nya bahwa Dia menjadikan Isa sebagai putera-Nya,
وَأَنَّهُ تَعَالَى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً
وَلَا وَلَدًا
“Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia
tidak beristri dan tidak (pula) beranak.” (QS. al-Jin: 3)
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ
وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيمٌ
“Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai
anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia
mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-An’am: 101)
Allah mengabarkan bahwa Dia Mahakaya tidak butuh kepada yang
lainnya. Dia tidak butuh mengangkat seorang anak dari makhluk-Nya.
قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ هُوَ الْغَنِيُّ
لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ إِنْ عِنْدَكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ
بِهَذَا أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata:
"Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah; Dia-lah Yang Maha Kaya;
kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Kamu tidak mempunyai
hujjah tentang ini. Pantaskah kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak
kamu ketahui?” (QS. Yunus: 68)
Sesungguhnya umat Kristiani telah berlaku lancang kepada
Allah dengan menuduh-Nya telah mengangkat seorang hamba dan utusan-Nya sebagai
anak-Nya yang mewarisi sifat-sifat-Nya. Karena ucapan mereka ini, hamper-hampir
langit dan bumi pecah karenanya.
"Dan mereka berkata: 'Tuhan Yang Maha Pemurah
mengambil (mempunyai) anak'. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu
perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan
bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha
Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil
(mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan
datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba." (QS.
Maryam: 88-93)
Sesungguhnya umat
Kristiani telah berlaku lancang kepada Allah dengan menuduh-Nya telah
mengangkat seorang hamba dan utusan-Nya sebagai anak-Nya yang mewarisi
sifat-sifat-Nya. Karena ucapan mereka ini, hamper-hampir langit dan bumi pecah
karenanya.
Maka tidak mungkin seorang muslim yang mentauhidkan Allah
akan ikut serta, mendukung, mengucapkan selamat atasnya, dan bergembira dengan
perayaan-perayaan hari raya tersebut yang jelas-jelas menghina Allah dengan
terang-terangan. Keyakinan ini membatalkan peribadatan kepada Allah, karena
inilah Allah Ta'ala menyifati Ibadurrahman bersih dari semua itu:
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ
"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian
palsu. . ." (QS. Al Furqaan: 72) Makna al Zuur,
adalah
hari raya dan hari besar kaum musyrikin sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas,
Abul 'Aliyah, Ibnu sirin, dan ulama lainnya dari kalangan sahabat dan tabi'in.
Namun di tengah-tengah zaman penuh fitnah ini, prinsip akidah
yang sudah tertera sejak 1400 tahun yang lalu mulai digoyang dan dianulir. Atas
dalih toleransi umat beragama, menghormati perayaan agama orang lain. Dengan
dalih kerukunan antarumat beragama, sebagian umat Islam ikut-ikutan merayakan
dan memeriahkan hari besar kufur dan syirik ini. Sebagian mereka dengan suka
rela mengucapkan selamat kepada orang-orang kafir atas hari raya mereka yang
berisi kekufuran dan kesyirikan terebut.
Lebih tragis lagi, pembenaran saling mengucapkan selamat atas
hari raya antar umat beragama dilontarkan oleh para tokoh intelektual Muslim.
Tidak sedikit mereka yang bergelar Profesor dan Doktor.
Prof. Dr. Sofjan Siregar, MA dalam isi materi yang
disampaikannya dalam pengajian ICMI Eropa bekerjasama dengan pengurus Masjid
Nasuha di Rotterdam, Belanda, Jumat (17/12/2010), menyimpulkan bahwa
mengucapkan selamat Natal oleh seorang muslim hukumnya mubah, dibolehkan.
Menurutnya masalah mengucapkan selamat Natal adalah bagian dari mu’amalah, non-ritual.
Yang pada prinsipnya semua tindakan non-ritual adalah dibolehkan, kecuali ada
nash ayat atau hadits yang melarang. Dan menurut Sofjan, tidak ada satu ayat Al
Quran atau hadits pun yang eksplisit melarang mengucapkan selamat atau salam
kepada orang non-muslim seperti di hari Natal. (Detiknews.com, Ahad:
19/12/2010)
Prof DR HM Din Syamsuddin MA, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP)
Muhammadiyah, mengaku terbiasa mengucapkan selamat Natal kepada pemeluk
Kristen.
"Saya tiap tahun memberi ucapan selamat Natal kepada
teman-teman Kristiani," katanya di hadapan ratusan umat Kristiani dalam
seminar Wawasan Kebangsaan X BAMAG Jatim di Surabaya (10/10/2005).
Maka tidak mungkin
seorang muslim yang mentauhidkan Allah akan ikut serta, mendukung, mengucapkan
selamat atasnya, dan bergembira dengan perayaan-perayaan hari raya Natal yang
jelas-jelas menghina Allah dengan terang-terangan.
Fatwa Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin Shalih Utsaimin
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullaahditanya
tentang hukum mengucapkan selamat natal kepada orang kafir.
“Apa hukum mengucapkan selamat hari raya Natal kepada
orang-orang kafir? Dan bagaimana kita membalas jika mereka mengucapkan Natal
kepada kita? Apakah boleh mendatangi tempat-tempat yang menyelenggarakan
perayaan ini? Apakah seseorang berdosa jika melakukan salah satu hal tadi tanpa
maksud merayakannya? Baik itu sekedar basa-basi atau karena malu atau karena
terpaksa atau karena hal lainnya? Apakah boleh menyerupai mereka dalam hal itu?
Beliau rahimahullaah menjawab dengan tegas,
“Mengucapkan selamat kepada orang-orang kafir dengan ucapan selamat natal atau
ucapan-ucapan lainnya yang berkaitan dengan perayaan agama mereka hukumnya
haram sesuai kesepakatan ulama. Sebagaimana kutipan dari Ibnul Qayyim rahimahullaah dalam
bukunya Ahkam Ahl Adz-Dzimmah, beliau menyebutkan:
“Mengucapkan selamat kepada syiar agama orang kafir adalah
haram berdasarkan kesepakatan. Seperti mengucapkan selamat atas hari raya dan
puasa mereka dengan mengatakan 'Ied Muharak 'Alaik (hari
raya penuh berkah atas kalian) atau selamat bergembira dengan hari raya ini dan
semisalnya. Jika orang yang berkata tadi menerima kekufuran maka hal itu
termasuk keharaman, statusnya seperti mengucapkan selamat bersujud kepada
salib. Bahkan, di sisi Allah dosanya lebih besar dan lebih dimurkai daripada
mengucapkan selamat meminum arak, selamat membunuh, berzina, dan semisalnya.
Banyak orang yang tidak paham Islam terjerumus kedalamnya semantara dia tidak
tahu keburukan yang telah dilakukannya. Siapa yang mengucapkan selamat kepada
seseorang karena maksiatnya, kebid'ahannya, dan kekufurannya berarti dia
menantang kemurkaan Allah.”Demikian ungkapan beliaurahimahullaah.
Haramnya mengucapkan selamat kepada kaum kuffar atas hari
raya agama mereka, sebagaimana dipaparkan oleh Ibnul Qayyim, karena di dalamnya
terdapat pengakuan atas syi’ar-syi’ar kekufuran dan ridla terhadapnya walaupun
dia sendiri tidak ridha kekufuran itu bagi dirinya. Kendati demikian, bagi
seorang muslim diharamkan ridha terhadap syi’ar-syi’ar kekufuran atau
mengucapkan selamat dengan syi’ar tersebut kepada orang lain, karena
Allah subhanahu wa ta'ala tidak ridha terhadap semua itu,
sebagaimana firman-Nya,
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا
يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
“Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak
memerlukan (iman) mu dan Dia tidak meridai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika
kamu bersyukur, niscaya Dia meridai bagimu kesyukuranmu itu.” (QS.
Al-Zumar: 7)
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ
نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,
dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi
agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3) dan mengucapkan selamat kepada mereka
dengan semua itu adalah haram, baik ikut serta di dalamnya ataupun tidak.”
Mengucapkan
selamat kepada syiar agama orang kafir adalah haram berdasarkan kesepakatan.
Jika mereka mengucapkan selamat hari raya mereka kepada kita,
hendaknya kita tidak menjawabnya, karena itu bukan hari raya kita dan Allah
Ta’ala tidak meridhai hari raya tersebut, baik itu merupakan bid’ah atau memang
ditetapkan dalam agama mereka. Namun sesungguhnya itu telah dihapus dengan
datangnya agama Islam yang dengannya Allah telah mengutus Muhammad shallallahu
'alaihi wasallamkepada seluruh makhluk. Allah telah berfirman tentang
agama Islam,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ
مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka
sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat
termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85).
Seorang muslim haram memenuhi undangan mereka dalam perayaan
ini, karena ini lebih besar dari mengucapkan selamat kepada mereka, karena
dalam hal itu berarti ikut serta dalam perayaan mereka. Juga diharamkan bagi
kaum muslimin untuk menyamai kaum kuffar dengan mengadakan pesta-pesta dalam
momentum tersebut atau saling bertukar hadiah, membagikan permen, parsel,
meliburkan kerja dan sebagainya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu
'alaihi wasallam,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk
golongan mereka.”
(HR. Abu Dawud dan dishahihkan Ibnu Hibban)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullaah dalam
bukunyaIqtidha’ ash-Shirath al-Mustaqim Mukhalafah Ashab al-Jahimmenyebutkan,
“Menyerupai mereka dalam sebagian hari raya milik mereka menumbuhkan rasa
senang pada hati mereka (kaum muslimin) terhadap keyakinan batil mereka. Dan
bisa jadi memberi makan pada mereka dalam kesempatan itu dan menaklukan kaum
lemah.” Demikian ucapan beliaurahimahullah.
Dan barangsiapa melakukan di antara hal-hal tadi, maka ia
berdosa, baik ia melakukannya sekedar basa-basi atau karena mencintai, karena
malu atau sebab lainnya. Karena perbuatan tersebut termasuk bentuk mudahanan
(penyepelan) terhadap agama Allah dan bisa menyebabkan teguhnya jiwa kaum
kuffar dan membanggakan agama mereka. (Al-Majmu’ Ats-Tsamin, Syaikh Ibnu
Utsaimin, juz 3 diunduh dari situs islamway.com) [PurWD/voa-islam.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar